Mungkin kamu lagi perlu solusi dari pertanyaan: “Arti Dari Makna Puisi Baladah Ibu Yang Dibunuh”, maka teman-teman sudah berada di halaman yang tepat.
Di halaman ini ada pilihan jawaban mengenai pertanyaan itu. Yuk telusuri lebih lanjut.
——————
Soal
Arti Dari Makna Puisi Baladah Ibu Yang Dibunuh
Solusi #1 untuk Soal: Arti Dari Makna Puisi Baladah Ibu Yang Dibunuh
BALADA IBU YANG DIBUNUHW.S. RENDRA
Ibu musang di lindung pohon tua meliangBayinya dua ditinggal mati lakinya.
Bualan sabit terkait malam memberita datangnyaWaktu makan bayi-bayinya mungil sayang.
Matanya berkata pamitan, bertolaklah iaDirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa.
Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desaMenggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga.
Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tibaOleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk-pucuk daunTertangkap musang betina dibunuh esok harinya.
Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannyaIbu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua.
Tiada tahu akan meraplah kolik meratap jugaDan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara
Lalu satu ketika di pohon tua meliangMatilah anak-anak musang, mati dua-duanya.
Dan jalannya semua peristiwaTanpa dukungan satu dosa, tanpa.
W.S
Rendra adalah satrawan Indonesia yang sebagian puisi-puisi karyanya
mudah sekali dipahami pembacanya. Sebut saja puisi karyanya berjudul
Balada Ibu Yang Dibunuh. Puisi ini menceritakan tentang induk musang
yang memperjuangkan hidup kedua anaknya hingga ia mati dibunuh warga. Balada Ibu Yang Dibunuh menggunakan bahasa konkrit yang komunikatif, seperti pada larik “Ibu musang di lindung pohon tua meliang ; Bayinya dua ditinggal mati lakinya”. Namun selain bahasa konkrit , Rendra juga menggunakan bahasa-bahasa figuratif. Ini ditunjukkan pada larik “Matanya
berkata pamitan, bertolaklah ia ; Burung kolik menyanyikan berita panas
dendam warga desa ; Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin
tenggara”. Puisi
Balada Ibu Yang Dibunuh bertema tentang kehidupan dan pengorbanan
seorang ibu. Suasana terharu karena melihat seprang ibu yang berkorban
untuk anaknya sampai mati digambarkan olh W.S. Rendra dengan pilihan
kata yang sangat apik. Nada prihatin juga dapat dirasakan dalam puisi
ini. Selain pilihan kata, Rendra menggunakan simbol di dalam puisi ini,
seperti pada larik “Bulan sabit terkait malam memberita datangnya (bulan sabit menggambarkan tentang waktu malam) ; Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara (bertanya apada angin tenggara disini menggambarkan tak ada jawaban). Dalam
puisi Balada Ibu Yang Dibunuh ini, Rendra mencoba member sebuah amanat
yaitu Tumbuhkan rasa kasih saying pada siapapun. Pencitraan-pencitraan
yang terdapat dalam puisi ini sangat bermacam-macam, antara lain
pencitraan perasaan yang ditunjukkan pada larik “Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara”, pencitraan visual (penglihatan) pada larik “Ibu musang dilindung pohon tua meliang ; Bayinya dua ditinggal mati lakinya”, dan pencitraan pendengaran seperti pada larik “Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tiba”Sedangkan
puisi yang berjudul Sajak Putih karya Chairil Anwar, hamper seluruh
pilihan katanya menggunakan kata kiasan (bahasa figuratif). Memang,
sebagian besar puisi-puisi karya Chairil Anwar menggunakan bahasa
figuratif daripada bahasa keseharian. Puisi Sajak Putih ini menceritakan
tentang kesetiaan seseorang terhadap pasangannya hingga ajal menjemput
mreka.Jika
puisi Balada Ibu Yang Dibunuh karya W.S. Rendra mengangkat tema tentang
kehidupan dan pengorbanan seorang induk musang, lain halnya dengan
Sajak Putih karya Chairil Anwar. Puisi karya Chairil Anwar ini bertema
cinta dan kesetiaan. Suasana yang tergambar pun juga jauh berbeda,
karena dalam puisi Sajak Putih suasananya senang dan bahagia yang
bernada kasmaran dan jatuh cinta.Dalam puisi tersebut, Chairil juga menggunakan banyak symbol-simbol, seperti misalnya pada larik “Di hitam matamu kembang mawar dan melati (melati menggambarkan tentang kesucian) ; Kau depanku bertudung sutra senja (sutra menggambarkan keitimewaan sang pasangan) ; Bersandar pada tari warna pelangi (pelangi disini menggambarkan keceriaan).Sama
seperti Balada Ibu Yang Dibunuh Sajak Putih menggunakan beragam
pencitraan, antara lain pencitraan penciuman yang ditunjukkan pada larik
“Harum rambutmu mengalun bergelut senda”, pencitraan perasaan yang ditunjukkan larik “Antara kita Mati datang tidak membelah”, dan pencitraan visual seperti pada larik “Kau depanku bertudung sutra senja ; Di hitam matamu kembang mawar dan melati”.Puisi Sajak Putih memiliki amanat, Setialah pada satu pasangan sampai mati.Walau
bagaimanapun, kedua puisi tersebut memiliki makana yang sangat mendalam
meski ditemukan perbedaan-perbedaan di dalamnya. Karya-karya W.S.
Rendra dan Chairil Anwar akan tetap memukau para pembacanya.
——————
Demikian solusi tentang Arti Dari Makna Puisi Baladah Ibu Yang Dibunuh, semoga dengan jawaban tadi bisa bantu selesaikan masalah kamu.
Jika sobat masih memiliki soal lain, [silahkan|tak usah sungkan buat pakai menu pencarian yang ada di website ini.